Breaking The Silence by Universitas Kristen Duta Wacana

SCOME CIMSA UKDW berhasil melaksanakan acara Breaking The Silence (BTS) pada 18 November 2018 kemarin. SCOME yang bergerak di bidang Human’s Resource for Health dan Health System menyediakan wadah bagi para peserta, khususnya para mahasiswa kedokteran untuk mempelajari kebudayaan dalam penggunaan bahasa isyarat serta penggunaan bahasa isyarat itu sendiri. Acara ini dibuka untuk umum, namun kami lebih mengutamakan mahasiswa yang ada di bidang kesehatan masyarakat dengan tujuan untuk mempersiapkan mereka agar dapat melakukan anamnesis dan edukasi kepada orang-orang tuna rungu. Pada kenyataannya, masih banyak orang tuna rungu yang sering mengalami kendala dalam melakukan konsultasi dengan dokter mengenai penyakit yang dialami sertainformasi mengenai konsumsi obat sehingga mereka seringkali salah dalam meminum obat dan pengobatan yang dianjurkan dokter menjadi tidak maksimal.

Dalam acara ini, SCOME bekerja sama dengan sebuah komunitas yang bernama Deaf Art Community (DAC) yang berlokasi di Yogyakarta. Komunitas ini memfasilitasi orang-orang tuna rungu untuk berkumpul dengan orang-orang tuna rungu lainnya. Melalui komunitas ini, mereka juga dapat menyalurkan hobi dan kretivitasnya tanpa ada batasan apapun sebagai seorang tuna rungu. Pada acara ini, SCOME mendatangkan dua pembicara, yaitu dr. Maria Silvy
Merry, M.Sc. yang kompeten dan berpengalaman dalam bidang komunikasi dan seorang pembicara dari DAC yang berpengalaman dalam memberikan materi mengenai kebudayaan penggunaan bahasa isyarat. Setelah itu, kami menyediakan waktu untuk sesi tanya jawab pada akhir dari setiap pemberi materi selesai memberikan materi. Para peserta cukup antusias dalam mendengerakan materi yang diberikan oleh para pembicara. Mereka juga antusias dalam mengajukan pertanyaan mengenai kebudayaan penggunaan bahasa isyarat serta penggunaan
bahasa isyarat dalam sehari-hari. Banyak peserta yang juga penasaran mengenai jenis-jenis bahasa isyarat yang beredar di masyarakat Indonesia serta asal muasal dari adanya suatu bahasa isyarat.

Setelah itu, para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk mempelajari bahasa isyarat lebih dalam lagi. Focus Group Discussion dilakukan di lima ruang tutorial
yang berada di Gedung Makarios UKDW, yaitu ruang M31-M35. Peserta juga antusias dalam mengikuti FGD dimana mereka bisa memperdalam pengetahuan mereka mengenai bahasa isyarat, baik secara teori maupun praktek. Pada FGD ini, beberapa pembicara dari DAC memberikan pelatihan kepada peserta mengenai
penggunaan bahasa isyarat, khususnya pada bahasa isyarat yang digunakan dalam percakapan sehari-hari dan juga komunikasi dasar menggunakan bahasa isyarat.

Selain itu, peserta menjalani proses pelatihan dengan aktif ineraktif, yaitu dengan aktif bertanya mengenai materi yang diberikan serta cara mempraktekannya. Para peserta juga mengikuti games yang telah disediakan oleh panitia dan pembicara dari DAC.
Di Indonesia, penggunaan bahasa isyarat masih sangat minim dilakukan oleh orang-orang yang bukan tuna rungu. Sebagai bentuk kepedulian, SCOME CIMSA UKDW ingin mengaja para mahasiswa untuk peduli lebih lagi kepada teman-teman tuna rungu. Selain itu, dengan banyak masyarakat tidak tuna rungu yang mempelajari bahasa isyarat, maka kita bisa menjadikan bahasa isyarat menjadi suatu bahasa yang inklusif. Harapannya, dengan diadakan acara Breaking The Silence (BTS), SCOME dapat membantu para mahasiswa dalam memahami serta mempelejari mengenai kebudayaan serta penggunaan bahasa isyarat lebih dalam lagi, agar apabila suatu saat dibutuhkan untuk berkomunikasi, maka para peserta sudah siap dalam menghadapi orang yang dibutuhkan untuk berkomunikasi.